Names of Allah

Wednesday, May 01, 2013

Harapan selalu ada

Jika semua permasalahan seolah didepan mata,
kanan, kiri,depan dan belakang,
seolah mengungkung diri kita,
maka cobalah
melihat dari sudut lain
atau mundur selangkah untuk melihatnya,
barangkali
ada celah dimana kita bisa bergerak
barangkali
ada titik cahaya penyelesainya.

Jika seolah gunung yang menjulang
segala problem kita,
maka,
mundurlah beberapa langkah,
maka kita akan lihat
ternyata masalah kita tidaklah setinggi gunung,
itu hanyalah persepsi kita.

Maka,
yakinlah
harapan itu masih ada.

Tuesday, April 23, 2013

Rahasia-Mu

Rahasia-rahasia yang tak ku tahu,
detik ini pun aku berada dalam lingkaran
rahasia yang kadang tidak mampu ku telaah,
sering terlalu sulit  ku urai,
adalah rahasia-Mu.

Dan disini,
ketika aku sudah berada disini,
dengan segala ketidaktahuan
dengan segala kebertanyaan,
aku pun hanya mampu
ikhtiar dan harap pada-Mu.

Rahasia-Mu,
adalah yang tak kutahu.
Rahasia-Mu,
hanya Engkau yang tahu.

Pintaku pada-Mu,
agar aku bisa menemukan hikmah dalam ketidaktahuanku.
Yang kuingin, adalah keyakinan dan husnudzon pada-Mu.

Hikmah semua rahasia-Mu,
pastilah kebaikan,
juga untukku.

Saturday, April 13, 2013

Rindu,sedih dan bahagia

Rindu adalah simpanan hati,
manakala ia menggejolak, menginginkan sesuatu,
nan mendekat dan juga menyapa.

Sedih adalah gulana jiwa,
nan menyengsara dan seringkali meluka.
Namun ia juga,
pengingat hidup,
bahwa adakalanya ia pun datang,
dan jua menghilang dan tergantikan senyuman.

Bahagia terpancar dari aura,
saat sesuatu yang didamba, kini berada digenggaman.

Rindu, sedih dan gembira,
mereka datang dan pergi menurut waktunya,
kadang tak jua kita pinta.
Jika kita berada dalam hidup dan kehidupan,
kita pun harus bersiap disapa kesedihan,
dihinggapi kerinduan,
atau diceriakan dengan kebahagiaan.

Adalah milik Dia semuanya.
Mengapa kita tak meminta pada-Nya saja?

Menjenguk kembali

Lama nian ku tak jenguk dikau...
adakah dirimu baik-baik saja?

Thursday, February 18, 2010

Sumber motivasi

Ternyata, sumber motivasiku adalah ketika aku dekat dengan-Mu.
Ternyata, kelesuan motivasiku adalah ketika aku jauh dari-Mu.

Kuingat lagi,
dzikirku?
qiyamul lailku?
tilawah quranku?
amalanku?

Ah,
itulah penyebab kelesuan dan kelelahanku.
Aku jauh dari-Mu.

Motivasi

Hari-hari ini aku kehilangan motivasi....
lelah dan lesu.
Aku kehilangan semangat empat-limaku.
Sedangkan hati dan ragaku pun tiada sesegar dulu...


Dalam sepinya temaram lampu kamar,
kucoba kembali bertanya dengan hatiku,
apakah sungguh aku tak bisa temukan jalanku?
Apakah lesu dan lelahku telah begitu menguasaiku?
Ataukah ada lagi jalan tuk kembalikan motivasiku?

Aku tak tahu harus bagaimana

Segurat kekesalan tiba-tiba tampak di wajah yang biasanya penuh dengan ceria.
Suara keras mengalir dari lisannya.
Aku terbelalak, kaget tak menyangka.
Diam.
Sedih.
Kecewa.

Malam itu hanya air mata yang bisa menjadi tanda,
atas semua kesedihan dan kekecewaan yang bersatu dalam dada.
Mulut terkatup rapat,
wajah diam tertunduk,
namun airmata mengalir seperti aliran mata air.
Air mata kesedihan, kekecewaan dan mungkin juga penyesalan.

Kalau kalimat yang keluar dari lisan ini tak membuatnya luka,
seandainya nada suara tak terlalu tinggi yang keluar dari ucapan,
mungkin wajahnya tetap ceria.
Mungkin kalimat kerasnya tak akan kudengar malam itu.

Aku tak tahu harus bagaimana.
Sedih dan kecewa terlalu menguasai daripada penyesalan,
sehingga aku hanya diam,
tanpa ada keinginan tuk mengucapkan kalimat penyesalan
ataupun permintaan maaf.

Aku tak tahu harus bagaimana.
Yang jelas aku juga tersiksa...
aku ingin melihat kembali ceria di wajahnya...
senyum di bibirnya...
dan kalimat-kalimat indah terucap dari lisannya...

Thursday, February 04, 2010

Ku ingin mencintai-Mu

Inginku mencintai-Mu,
Sebanyak helaan nafasku,
Seirama denyut jantungku,
Sepanjang usiaku.

Ku ingin mencintai-Mu,
Sederas aliran nikmat-Mu,
Seluas ampunan Maghfirah-Mu,
Sebesar kasih sayang-Mu.

Aku ingin mencintai-Mu,
seperti Engkau mencintai
orang-orang yang mencintai-Mu.

Aku ingin cinta-Mu.
Cinta yang menjagaku dari kebencian-Mu,
cinta yang melindungiku dari siksa-Mu.

Monday, January 11, 2010

terkenal?

kalau mau jujur, aku akan mengatakan dengan lantang pada dunia bahwa aku ingin sesuatu yang luarbiasa yang akan mengenalkanku pada dunia yang luar biasa pula. Sama halnya ketika aku melihat sosok yang istimewa itu, mendapat pujian karena keistimewaannya.
Dimana-mana semua orang memperbincangkannya, mengaguminya dan menjadikannya sebagi idola mereka.
Pada saat yang lain, kulihat sosok yang sangat kukenal beberapa waktu lalu, kini telah menjadi seorang yang hampir seluruh penduduk negeri mengenal namanya. Wow, luarbiasa.
Decak kagum pun tak ayal lagi bisa ditemukan disetiap tempat dia berada. Luar biasa.

Ketika ada orang yang bertanya apakah dia merasa senang ketika dikenal banyak orang? Maka jawabannya adalah tentu saja. Kalau tidak, mengapa selalu saja rame ketika ada audisi indonesia ido, atau DSDS atau lomba-lomba lainnya. Minimal mereka mengharapkn hadiah yang akan bisa dia dapatkan ketika memenangkan perlombaan tersebut.

Lalu, apakah aku termasuk didalamnya? Hemm...jujur saja, kadang memang ada keinginan untuk menjadi terkenal, dikenal banyak orang. Tetapi, dilain pihak, ketakutan menjadi terkenal pun tersimpan jelas di diri ini bahkan aku akan sangat jelas merasakannya.
Lalu bagaimana?
Seandainya ada bentuk keterkenalan yang tidak membuatku terlena, maka aku pun akan mencobanya.
seandainya ada bentuk keistimewaan yang membuat sang empunya tidak menjadi angkuh, akupun ingin memilikinya.
Seandanya ada bentuk keluarbiasaan yang membuatku semakin merasa tidak punya apa-apa, aku ingin mendapatkannya.
Lalu, dimana itu semua?

Ternyata tak begitu susah mendapatkan informasinya, tetapi yang sangat susah adalah menempuhnya.....
Aku ingin terkenal dihadapan para malaikat, istimewa dipandangan-Nya dan tentu saja keluarbiasaan dari sang Maha luarbiasa.

Seandainya bisa kuraih secuil saja, sungguh aku sangat berbahagia.

Sunday, December 20, 2009

Sebuah doa di hari ibu

Sebuah doa di hari ibu

Aku mempunyai 3 orang ibu. Ibu yang melahirkanku, ibu yang melahirkan suamiku dan yang satunya adalah ibu yang menyusuiku. Hari selasa yang lalu, ibu yang semasa menyusuiku ketika masa kecilku, menghadap keharibaan ilahi robbi. Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’un. Sedih dan juga terhentak jiwaku ketika aku mendengar kabar tersebut . Mengingat bahwa aku ternyata belum memenuhi kewajiban baktiku padanya.

Tepat setahun yang lalu, ketika aku sempat pulang ke tanah air , kujumpai wajah tirus dan pucat karena sakit yang telah lama diderita beliau. Sakit yang bisa dikatakan menghilangkan hampir separuh badan beliau, melenyapkan semua kekuatan dan semangatnya. Namun, Alhamdulillah semangat untuk tetap berikhtiar mengobati sakitnya tidak lepas darinya. Meski untuk itu beliau harus rela berpayah-payah berobat ke ibukota propinsi yang notabenenya lumayan jauh dari tempat tinggal beliau. Namun itu semua tidak memudarkan semangatnya. Meski untuk itu pula, simpanan demi simpanan harus rela dikeluarkan, namun alhamdulillah tidak mengendurkan ikhtiarnya.
Wajah pucat dan tirus yang kukenang setahun yang lalu, pun bukan wajah yang penuh dengan putus asa atau kekecewaan. Senyum sesekali hadir di wajahnya.
Sosok ibu susuku itu adalah ibu yang penuh perhatian pada putra-putrinya, terutama perhatian pada akhlaq mereka. Jilbab adalah salah satu perhatian beliau. Dan alhamdulillah ketiga putri beliau pun tidak ketinggalan mengikuti jejak nasihat ibunya untuk selalu mengenakan pakaian identitas muslimah tersebut. Jilbab rapi selalu dikenakan oleh beliau dan ketiga putrinya.
Sholat, meski harus dalam kondisi duduk atau terbaring karena sakitnya, tidak pernah beliau abaikan. Semoga kondisi beliau ketika terakhir dipanggil oleh pemiliknya adalah kondisi yang terbaik, kondisi khusnul khotimah. “Allohummaghfirlahaa warhamhaa wa’aafihaa wa’fu’anha“. Amin.

Hari ini, kucoba mencoba evaluasi diri. Ternyata, aku belum bisa memberikan apa-apa buat beliau, ketika beliau sehat ,pun saat beliau sakit. Balasan perhatian ataupun material, ternyata aku belum bisa membalasnya sampai akhir usianya. Bahkan mungkin, ketika akupun sudah memberikan separuh hidupku untuk merawat beliau, mungkin itu pun belum sepadan dengan apa yang beliau berikan buatku. Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik atas semua yang telah beliau berikan buatku. Hanya rangkaian doa yang bisa kupersembahkan sebagai bentuk baktiku padamu. Maafkan aku atas kekhilafanku ibu.

Kini, dua orang ibu yang masih aku punyai sekarang, akupun belum bisa memberikan yang terbaik buat beliau berdua. Aku belum bisa menjadikan diriku menjadi anak yang berbakti buat beliau berdua. Bahkan perhatian dalam bentuk menelpon dan menanyakan kondisi beliau berdua, terkadang aku enggan melakukannya. Apalagi bentuk-bentuk perhatian yang lainnya.
Maafkan aku ibu atas segala kelemahan dan ketiadaberdayaan anakmu tuk memberikan yang terbaik untukmu. Aku belum bisa memberikan ketulusan baktiku. Pun belum jua mampu meringankan beban yang ada dipundakmu.

Ya Allah, mudahkanlah untukku tuk bisa berbakti pada kedua ibuku. Mereka telah memberikan yang terbaik untukku, namun aku belum bisa membalas kebaikan beliau berdua, membahagiakan beliau, menghilangkan duka dan menghadiahkan senyum diwajah beliau berdua.

Ya Allah, ampunilah dosaku. Ampunilah dosa ibu yang melahirkanku, ampuni dosa ibu yang melahirkan suamiku, dan ampuni dosa ibu susuku. Kasihilah mereka ya Allah. Lindungi mereka dalam perlindungan terbaikMu. Tempatkan ibu susuku di tempat yang mulia disisi-Mu ya Allah. Ketiga ibu itu, adalah wanita yang terbaik yang pernah kau berikan untukku. Rahmati mereka ya Allah. Amin.


Berlin, 20 Desember 2009