Names of Allah

Sunday, December 20, 2009

Sebuah doa di hari ibu

Sebuah doa di hari ibu

Aku mempunyai 3 orang ibu. Ibu yang melahirkanku, ibu yang melahirkan suamiku dan yang satunya adalah ibu yang menyusuiku. Hari selasa yang lalu, ibu yang semasa menyusuiku ketika masa kecilku, menghadap keharibaan ilahi robbi. Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’un. Sedih dan juga terhentak jiwaku ketika aku mendengar kabar tersebut . Mengingat bahwa aku ternyata belum memenuhi kewajiban baktiku padanya.

Tepat setahun yang lalu, ketika aku sempat pulang ke tanah air , kujumpai wajah tirus dan pucat karena sakit yang telah lama diderita beliau. Sakit yang bisa dikatakan menghilangkan hampir separuh badan beliau, melenyapkan semua kekuatan dan semangatnya. Namun, Alhamdulillah semangat untuk tetap berikhtiar mengobati sakitnya tidak lepas darinya. Meski untuk itu beliau harus rela berpayah-payah berobat ke ibukota propinsi yang notabenenya lumayan jauh dari tempat tinggal beliau. Namun itu semua tidak memudarkan semangatnya. Meski untuk itu pula, simpanan demi simpanan harus rela dikeluarkan, namun alhamdulillah tidak mengendurkan ikhtiarnya.
Wajah pucat dan tirus yang kukenang setahun yang lalu, pun bukan wajah yang penuh dengan putus asa atau kekecewaan. Senyum sesekali hadir di wajahnya.
Sosok ibu susuku itu adalah ibu yang penuh perhatian pada putra-putrinya, terutama perhatian pada akhlaq mereka. Jilbab adalah salah satu perhatian beliau. Dan alhamdulillah ketiga putri beliau pun tidak ketinggalan mengikuti jejak nasihat ibunya untuk selalu mengenakan pakaian identitas muslimah tersebut. Jilbab rapi selalu dikenakan oleh beliau dan ketiga putrinya.
Sholat, meski harus dalam kondisi duduk atau terbaring karena sakitnya, tidak pernah beliau abaikan. Semoga kondisi beliau ketika terakhir dipanggil oleh pemiliknya adalah kondisi yang terbaik, kondisi khusnul khotimah. “Allohummaghfirlahaa warhamhaa wa’aafihaa wa’fu’anha“. Amin.

Hari ini, kucoba mencoba evaluasi diri. Ternyata, aku belum bisa memberikan apa-apa buat beliau, ketika beliau sehat ,pun saat beliau sakit. Balasan perhatian ataupun material, ternyata aku belum bisa membalasnya sampai akhir usianya. Bahkan mungkin, ketika akupun sudah memberikan separuh hidupku untuk merawat beliau, mungkin itu pun belum sepadan dengan apa yang beliau berikan buatku. Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik atas semua yang telah beliau berikan buatku. Hanya rangkaian doa yang bisa kupersembahkan sebagai bentuk baktiku padamu. Maafkan aku atas kekhilafanku ibu.

Kini, dua orang ibu yang masih aku punyai sekarang, akupun belum bisa memberikan yang terbaik buat beliau berdua. Aku belum bisa menjadikan diriku menjadi anak yang berbakti buat beliau berdua. Bahkan perhatian dalam bentuk menelpon dan menanyakan kondisi beliau berdua, terkadang aku enggan melakukannya. Apalagi bentuk-bentuk perhatian yang lainnya.
Maafkan aku ibu atas segala kelemahan dan ketiadaberdayaan anakmu tuk memberikan yang terbaik untukmu. Aku belum bisa memberikan ketulusan baktiku. Pun belum jua mampu meringankan beban yang ada dipundakmu.

Ya Allah, mudahkanlah untukku tuk bisa berbakti pada kedua ibuku. Mereka telah memberikan yang terbaik untukku, namun aku belum bisa membalas kebaikan beliau berdua, membahagiakan beliau, menghilangkan duka dan menghadiahkan senyum diwajah beliau berdua.

Ya Allah, ampunilah dosaku. Ampunilah dosa ibu yang melahirkanku, ampuni dosa ibu yang melahirkan suamiku, dan ampuni dosa ibu susuku. Kasihilah mereka ya Allah. Lindungi mereka dalam perlindungan terbaikMu. Tempatkan ibu susuku di tempat yang mulia disisi-Mu ya Allah. Ketiga ibu itu, adalah wanita yang terbaik yang pernah kau berikan untukku. Rahmati mereka ya Allah. Amin.


Berlin, 20 Desember 2009

Sunday, August 23, 2009

Wajah-wajah cinta masjid

Wajah-wajah cinta masjid

Hampir di semua kegiatan masjid, selalu ku jumpai wajah mereka diantara wajah yang hadir. Kali ini wajah-wajah itu berada di deretan jamaah masjid yang sedang tekun menyimak nasihat yang disampaikan ustadz dalam kesempatan pengajian bulanan. Suatu saat, wajah-wajah itu ku temukan sebagai subyek yang hilir mudik ditengah ramainya pengunjung acara sate somay yang telah menjadi kegiatan rutin masjid alfalah untuk mencari dana guna membayar uang sewa bulanannya. Di saat lain kutemukan wajah-wajah itu duduk di masjid dengan kitab suci alquran ditangannya, lantunan suara alquran pun keluar dari lisan mereka.

Kali ini, kutemui wajah-wajah itu diantara mereka yang menyiapkan acara buka puasa bersama di masjid tercinta ini. Meski tampak letih, namun semangat yang kuat terlihat dalam pandangan mata mereka. Keceriaan pun tak lepas dari wajah mereka. Tangan-tangan mereka lincah menyiapkan segala keperluan. Alas makan, gelas,piring,sendok,air minum dan lain sebagainya. Tak sedikitpun kalimat keluhan keluar dari bibir-bibir mereka yang senantiasa dihiasi senyum.

Wajah-wajah itu senantiasa kutemui di masjid. Wajah yang santun, ramah dan penuh dengan ketenangan.

Kemudian kuingat sebuah hadits Rosululloh, Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits "Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari dimana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki (dan perempuan) yang hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata : sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya" (HR Bukhari Muslim).

Demi melihat wajah-wajah yang selalu kujumpai di semua acara masjid itu, wajah yang selalu ada ketika sangat di perlukan untuk kelancaran kegiatan masjid, wajah yang selalu meramaikan masjid, diam-diam aku berdoa, semoga wajah-wajah itu termasuk wajah-wajah yang dinaungi Allah swt,ketika tidak ada naungan yang lain selain naungan-Nya. Amin.

Friday, July 24, 2009

Saat kehilangan

"Es tut mir leid,aber ich habe das Schwangerschaft nicht mehr gefunden".

Dug..masyaallah...laa haulaa walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'adziim.

Air mata tentu saja berlinang, kesedihan mendekati hati dan jiwa ini.
Namun, ketika Dia mengambil kembali apa yang Dia titipkan, tentu saja tiada daya dan upaya kami tuk menolaknya. Dia sang pemilik. Dia jua yang berkehendak terhadap apa yang Dia inginkan.

Namun, sebagai seorang hamba yang lemah, yang tidak punya apa-apa, tentu saja hanya mengharap pada-Nya.

Robbi habli min ladunka dzurriyatan Thoyyibah, innaka samii'ud du'aa...

Wahai yang maha mendengar doa, karuniakanlah pada kami, keturunan yang thoyyibah dari sisi Engkau.

Insyaalloh kami ikhlas,ketika apa yang Engkau titipkan pada kami beberapa minggu lalu, Kau ambil lagi.
Namun ya Allah...kami berharap semoga Engkau menggantinya dengan yang lebih baik.
Engkau maha mendengar doa ya Allah...kabulkanlah doa dan rintihan kami. amin.

Monday, May 04, 2009

Sembuhkan ya Alloh...

Ku dengar aduan dari lisannya,
'mules...'
dan harus bolak-balik ke kamar kecil.
'sudah lebih dari 5 kali nih...'

Esoknya, kudengar kembali;
'lemes'...
'ga ada selera makan...'

Ya Allah,
meski pekerjaanku adalah berhubungan dengan orang sakit,
meski sering kulihat banyak yang menderita sakit yang sama,
tapi ketika orang terdekatku sakit,
sedih dan merasa tak berdaya luarbiasa melihat kesakitan dari wajahnya.

Allah, Engkau jualah yang memberi kesembuhan.
Sembuhkan dia ya Allah.
Hilangkan sakit dari suamiku tercinta.

Monday, April 06, 2009

Musim semi

Musim semi adalah musim yang paling dinanti oleh kebanyakan orang. Matahari, hangat, bunga berwarna-warni, dan suasana cerah. Dimana-mana orang berjalan-jalan bersama famili, kawan ataupun dengan anjing peliharaan.
Duduk-duduk di taman, baca buku, ngobrol, berlari-larian dan berkejar-kejaran. Bahkan terlihat juga sekumpulan anak bermain dengan bola sepaknya. Riang gembira.

Di pojok satunya, beberapa menikmati es krim yang memang nikmat dinikmati saat musim semi.
Atau ibu-ibu sudah membersihkan balkonnya masing-masing agar bisa digelar karpet untuk duduk-duduk, atau kursi atau persiapan grillen.

Alhamdulillah...kembali kujumpai musim semi di tahun 2009 ini. Semi yang identik dengan bunga. Semi yang identik dengan ceria.

Thursday, February 19, 2009

Salju kali ini

Tahun ini adalah tahun terdingin selama 5 tahun terakhir. Minimal bagi saya. Betapa tidak, musim dingin yang beberapa tahun sebelumnya hanya menyisakan salju yang samar-samar dan cuman beberapa jam saja, tapi kali ini benar-benar putih.
Saat ku buka tirai di balkon belakang rumah, lihatlah salju yang turun menerus sepagian.
Ranting-rainting pepohonan yang berubah memutih.
Hamparan putih bak awan jernih tak tercemar secuil pun.

Putih...putih...putih...

Seakan melihat tetesan-tetesan eskrim vanilla memenuhi halaman belakang rumah.
Seperti menyaksikan hamparan puding es krim vanila di belakang rumah.

Putih,lembut dan indah.